Kristen Betlehem Berpuasa Bersama Muslim Palestina di Bulan Ramadhan
Senin 16 Ramadhan 1435 / 14 Juli 2014 22:00
UMAT Kristen di kota Tepi Barat yang diduduki Betlehem, telah
menjalankan Ramadhan dalam solidaritas dengan warga Muslim selama bulan
suci Ramadhan.
Berbicara kepada Al-Arabiya News,
Mike Kanawati, anggota dari komunitas Kristen terbesar di kota itu,
mengatakan “Nenek saya sekarang berpuasa… kita dibesarkan dengan cara
ini untuk menunjukkan penghormatan dan solidaritas dengan agama-agama
lain.”
“Puasa, baik dengan cara Muslim atau Kristen, membuat orang merasakan
penderitaan mereka yang tidak memiliki makanan,” tambahnya.
Kanawati mengatakan ia bangga seperti banyak orang Kristen lainnya
berpuasa dengan Muslim dan mengatakan bahwa hal tersebut tidak
mengurangi iman Kristennya.
Dalam sebuah survei terhadap orang-orang Kristen Bethlehem yang
dilakukan pada tahun 2006 pleh Pusat Palestina untuk Penelitian dan
Dialog Budaya, 90% warga kristen melaporkan memiliki teman Muslim. 73,3%
mengatakan bahwa Otoritas Palestina menghormati warisan Kristen di
kota. Dan 78% melaporkan bahwa emigrasi orang Kristen dari Bethlehem
adalah karena pembatasan perjalanan Israel di daerah tersebut.
[ds/islampos/worldbulletin]
Dalam suatu taklim bersama Allahuyarham Ustadz Rahmat Abdullah awal
medio 1990-an di pinggiran Jakarta, dengan suara perlahan namun intonasi
yang tegas, beliau berkata, "Hindarilah penggunaan istilah 'Timur
Tengah' dalam tulisan dan keseharian. Pakailah istilah 'Dunia Arab'.
Kedua istilah ini mengandung ideologi yang amat berbeda."
"Istilah Timur Tengah yang banyak dipakai media massa negeri ini untuk
menyebut Jazirah Arab," ujarnya, "...sesungguhnya secara implisit
memasukkan dan mengakui adanya 'Zionis-Israel' sebagai kaum yang
memiliki hak hidup di Arab. Secara ideologis kita turut mengamini adanya
penjajahan mereka terhadap bangsa Palestina. Padahal secara akidah
Islam, hal ini tentu tidak bisa dibenarkan. Sebab itu, kita seharusnya
mengembalikan istilah asli wilayah ini dengan sebutan 'Jazirah Arab'
atau 'Dunia Arab'. Dengan digunakannya istilah asli ini, maka keberadaan
Zionis di Palestina menjadi haram, ilegal. Ini adalah sikap ideologis
yang benar yang harus dimiliki setiap aktivis dakwah."
Di lain waktu dan tempat, dalam taklim bersama Ustadz Abu Ridho, beliau
juga menyinggung hal yang lebih kurang sama. Beliau antara lian berkata
jika di dalam keseharian, kita seharusnya menggunakan istilah
'Zionis-Israel'. Baik dalam tulisan maupun perkataan. Ini untuk
mempertegas sikap pembelaan kita terhadap bangsa Palestina dan membuka
mata dunia jika Israel yang sekarang ini adalah Israel yang sangat rasis
dan harus dilawan.
Pemaparan Ustadz Rahmat Abdullah dan Ustadz Abu Ridho yang jelas dan
tegas seperti di atas terngiang kembali manakala suara organisasi massa
Islam, dan juga partai politik yang memanfaatkan label Islam, terpecah
menyikapi rencana perayaan HUT Zionis Israel ke-63 di Jakarta, 14 Mei
2011.
Front Pembela Islam (FPI) secara tegas mengecam dan menolak rencana ini.
Bahkan FPI telah bertekad untuk melakukan aksi sweeping rencana yang
bertentangan dengan pembukaan UUD 1945 ini.
Hal serupa dikemukakan mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdatul Ulama
(PBNU), KH. Hasyim Muzadi yang mengatakan sebaiknya kelompok Yahudi
Indonesia membatalkan rencana itu. "Lebih baik tidak ada, daripada
membuat kontroversi. Bukannya saya keras itu tidak boleh, tapi
kontroversi itu (akan) membuat repot pemerintah," ujar Hasyim Muzadi di
Jakarta (11/5). Namun jika mereka ngotot, Hasyim mengatakan dia tidak
bisa mencegah dan pihak penyelenggara harus menerima resikonya sendiri.
"...kan dia sudah tahu itu kontroversi, makanya ada risikonya membuat
itu."
Berbeda dengan FPI dan KH. Hasyim Muzadi, Gerakan Pemuda Islam (GPI),
seperti yang dikatakan Sekretaris Jenderal GPI Tubagus Muhammad
Solehudin, malah menyatakan rencana peringatan HUT Zionis Israel di
Jakarta itu tidak perlu dipermasalahkan. "Kalau diperbolehkan oleh
pemerintah silakan, asalkan tidak mengganggu ketertiban umum, tidak
masalah," ujar Tubagus Muhammad Solehudin, di Markas GPI Menteng,
Jakarta Pusat (11/5).
Menurut Soleh, keberadaan orang Yahudi di Indonesia terus berkembang,
dan tidak bisa dirahasiakan lagi. "Sebagian masyarakat di Jakarta sudah
mengetahui orang Yahudi yang berkerja di Jabotabek," tuturnya seraya
berpesan agar para penganut Yahudi di Indonesia mendesak Israel
menghentikan aksi kekerasannya di Palestina. Sebuah himbauan yang
utopis, jika tidak dikatakan sebagai ahistoris.
Senada dengan Solehudian, Nasir Jamil juga tidak mempermasalahkan
rencana itu. "Kalau mereka merayakannya di tempat tertutup dan hanya
untuk komunitas mereka sendiri, saya pikir masih bisa ditolerir," ujar
politisi dari PKS yang pernah mengutip Injil Matius untuk memperkuat
argumennya ini.
Tiga Hal Penting
Dalam berbagai wawancaranya, Unggun Dahana yang menjadi inisiator acara
perayaan HUT Israel di Jakarta mengklaim jika perayaan "kemerdekaan
Israel" merupakan gerakan umat Kristiani untuk mendukung Israel dan
Yahudi secara terbuka. "Di samping itu, kami juga sangat mendukung
dibukanya jalur perdagangan antara Indonesia dan Israel," ujarnya.
Unggun juga membenarkan jika acara ini merupakan langkah awal dari
gerakan umat Kristen Indonesia untuk mendukung Israel dan Yahudi secara
terbuka. "Selama ini umat Kristen takut-takut. Dengan cara ini saya
menghimbau untuk mendukung Yahudi dan Israel secara terbuka. Mendukung
perdagangan Israel dan Indonesia," ujar Unggun seperti dilansir
Inilah.com.
Selain itu, acara kontroversial ini juga akan dihadiri oleh utusan dari
Komunitas Yahudi di Singapura dan diliput oleh jurnalis Israel yang akan
datang langsung ke Jakarta.
Ada beberapa hal yang bisa dikritisi dari pernyataan Unggun Dahana, di antaranya:
Pertama, pernyataan tentang istilah "Kemerdekaan Israel",
Kedua, klaim dia tentang gerakan umat Kristiani mendukung Israel dan Yahudi secara terbuka,
Ketiga, adanya Singapore-Jews Connection dan juga hadirnya jurnalis Israel yang akan meliput perayaan ini.
Ketiga hal di atas akan dipaparkan satu-persatu dalam tulisan ini agar
kita semua dapat memahami dengan benar, mendudukkan sesuatu sesuai
dengan kapasitasnya, dan tidak salah dalam menilai kasus ini.
Istilah "Kemerdekaan Israel"
Unggun Dahana dan para kolaborator Zionis-Israel lainnya, termasuk
Abdurrahman Wahid, sering menggunakan istilah "Kemerdekaan Israel". Yang
jadi pertanyaan, "Kapan Israel pernah dijajah?" Di sini, siapa yang
menjajah dan siapa yang dijajah harus didudukan secara jelas dan benar.
Mari kita telusuri apa dan bagaimana sesungguhnya "Negara Israel" terbentuk.
Apa yang dinamakan sebagai "Negara Israel" memiliki akar sejarah yang
sangat panjang. Namun satu hal yang harus ditekankan, jika Tanah
Palestina yang sekarang diklaim secara sepihak menjadi wilayah Israel,
dulunya disebut sebagai Tanah Kana'an dan bangsa asli yang mendiami
wilayah itu dinamakan sebagai bangsa Filistin atau Palestina. Dari
sebutan ini saja sudah bisa dibuktikan jika pemilik sah dari tanah ini
adalah bangsa Palestina, bukan Israel. Namun kaum Zionis sering
mengemukakan dalilnya sendiri, terkait hal ini.
Unggun "Samuel" Dahana dan para kolaborator Zionis-Israel lainnya,
termasuk Abdurrahman Wahid, sering menggunakan istilah "Kemerdekaan
Israel". Yang jadi pertanyaan, "Kapan Israel pernah dijajah?" Di sini,
siapa yang menjajah dan siapa yang dijajah harus didudukan secara jelas
dan benar.
Mari kita telusuri apa dan bagaimana sesungguhnya "Negara Israel" terbentuk.
Berlindung Dibalik Klaim Agama
Dasar pendirian negara Israel berawal dari kata-kata Nabi Musa dalam
'kitab Perjanjian Lama', bahwa Tuhan "menganugerahkan" tanah Israel
untuk orang-orang Yahudi dan tanah tersebut akan menjadi milik mereka
untuk selama-lamanya.
Lalu ada pula cerita mengenai persebaran kaum Yahudi (Diaspora), yang
konon katanya terjadi setelah kaum Yahudi memberontak terhadap pasukan
Romawi pada abad pertama dan kedua. Oleh karena itu, kaum Yahudi
kemudian "diasingkan" dari tanah Israel dan kemudian menyebar di wilayah
Eropa, terlunta-lunta, dan nasibnya semakin mengenaskan karena dibantai
Nazi Jerman dalam Perang Dunia II.
Setelah berabad-abad berdoa agar dapat kembali ke Palestina, kaum Yahudi
akhirnya bisa kembali ke Tanah Palestina setelah mengalahkan pasukan
Arab di sana dan mendirikan Israel pada tahun 1948. Semua kisah ini
bersumber dari literatur Yahudi dan dijadikan dalil utama berdirinya
negara Israel sebagai negara Yahudi di Tanah Palestina.
Namun jarang sekali orang yang mempertanyakan, apakah kaum Zionis-Yahudi
itu benar-benar berasal dari bangsa Yahudi yang dipimpin Musa a.s.
keluar dari Mesir dan pernah menguasai Tanah Palestina dalam suatu masa
sebagaimana dikisahkan dari Kitab Raja-Raja? Lantas, siapakah "Yahudi
Khazar" itu yang menjadi pionir, tulang punggung, atau motor penggerak
dari gerakan Zionisme Internasional yang mengklaim jika Tanah Palestina
merupakan Tanah Yang Dijanjikan bagi kaum Yahudi?
Khazar, Yahudi Jadi-Jadian
Untuk mengetahui lebih jauh tentang "Yahudi Khazar", salah satunya kita
harus melihat sebuah buku karya seorang Khazar dari Inggris bernama
Arthur Koestler yang berjudul "The thirteenth tribe - The Khazar Empire
And Its Heritage" (Suku Bangsa Ketiga Belas – Imperium Khazar dan
Warisannya), yang diterbitkan oleh Random House, New York. Konon,
sekarang buku ini sudah sangat sulit ditemukan.
Koestler menulis jika nenek moyang bangsa Khazar sendiri berasal dari
campuran bangsa Mongol, Turki, dan Finlandia. Di abad ke-3 Masehi,
mereka telah berjaya di wilayah Persia dan Armenia. Lalu pada abad ke-5
Masehi, mereka berada di antara gerombolan perusak Attila dari Hun.
Setengah abad sebelum Islam muncul di Jazirah Arab, bangsa Khazar yang
hidupnya memang selalu berpindah mulai menetap di Utara Kaukasus, antara
Laut Hitam dan Laut Kaspia, dengan ibukota di hulu Sungai Volga yang
mengalir ke Laut Kaspia, dalam rangka mengkontrol lalu lintas sungai.
Mereka memungut pajak 10% dari tiap kapal yang melintas dan akan
membantai siapa pun yang menolaknya.
Kerajaan Khazar yang sangat brutal menjadi besar di wilayah ini dan
terus memperluas wilayah kekuasaannya, dengan melakukan ekspansi dan
menaklukkan suku Slavia yang cinta damai. Imperium Khazar juga
menaklukkan Kiev.
Pada tahun 740 Masehi, kekuatan Khazar sudah sedikit melemah. Wilayah
kekuasaannya dihimpit oleh dua kekuatan besar yakni Byzantium dan
Muslim. Agar tetap aman, Khazar dihadapkan pada dua pilihan, menjadi
Muslim atau Kristen. Namun Kaisar bangsa Khazar, Khakan, telah
mengetahui jika ada agama yang ketiga selain Kristen dan Islam, yakni
Yahudi. Ketimbang memilih kedua agama itu, Khakan lebih memilih Judaisme
dan menyatakan mereka sebagai Yahudi.
Dalam satu malam, bangsa Khazar yang brutal dan sangat gemar berperang
berubah menjadi bangsa Yahudi. Kerajaan Khazar mulai dideskripsikan
sebagai 'Kerajaan Yahudi' oleh sejarawan pada waktu itu. Penerus
penguasa Khazar mengambil nama Yahudi, dan selama akhir abad ke-9
kerajaan Khazar menjadi tempat berlindung yang ramah bagi kaum Yahudi
yang ada di berbagai wilayah Eropa. Walau demikian, kebrutalan sebagai
watak asli bangsa Khazar tidak pernah hilang.
Pada abad ke-8 Masehi, muncul kekuatan baru yang berasal dari sungai
besar Dnieper, Don, dan Volga, yang dikenal sebagai bangsa Viking, yang
juga disebut sebagai kaum Varancians atau juga disebut sebagai bangsa
Rus. Bangsa ini merupakan bangsa pengelana dan pejuang yang gigih, namun
nasib baik mungkin belum berpihak kepada bangsa yang baru muncul ini
karena selalu saja kalah perang melawan Khazar.
Di tahun 862, seorang pemimpin bangsa Rus bernama Rurik membangun kota
Novgorod. Dari sinilah lahir bangsa Rusia yang kemudian berdiam di
antara suku bangsa Slavonic yang berada di bawah kekuasaan Khazar.
Perjuangan bangsa Viking kemudian berubah menjadi perjuangan rakyat
untuk merdeka dari penjajahan bangsa Khazar.
Satu abad kemudian setelah berdirinya kota Novgorod, seorang pemimpin
bangsa Rusia bernama Prince Vladimir of Kiev menyatakan diri memeluk
agama Kristen. Ini terjadi pada tahun 989. Orang ini sangat aktif di
dalam misi Salib dan sekarang oleh sejarah Rusia dia dikenal dengan nama
'Saint Vladimir'. Ini menandai kekristenan Rusia sudah dimulai sejak
seribu tahunan silam.
Kepindahan agama Vladimir ternyata juga menghantarkan Rusia bersekutu
dengan Kekaisaran Byzantium. Karena memiliki kepentingan yang sama untuk
menaklukkan Khazar, maka mereka bersekutu. Pada tahun 1016, kekuatan
gabungan bangsa Rusia dan Byzantium menyerang kerajaan Khazar dengan
pasukan yang besar dan lengkap. Akibatnya Kekaisaran Khazar
hancur-lebur. Kejayaan bangsa yang brutal dan gemar berperang ini
akhirnya pudar. Kerajaan Khazar hilang dari catatan sejarah. Mereka
banyak yang melarikan diri ke wilayah yang aman di Eropa. Kebanyakan
akhirnya menetap dan berasimilasi dengan warga Eropa Timur, dimana
mereka banyak yang menikah dengan bangsa Yahudi lain di sana.
Bergabungnya bangsa Khazar ke dalam komunitas Yahudi telah menambah
watak kaum tersebut menjadi lebih brutal. Kaum Yahudi sejak lama memang
telah dikenal sebagai kaum yang tidak bisa dipercaya karena berbagai
pengkhianatan yang dilakukan, culas, selalu ingin menang sendiri, dan
hanya mau mendengarkan suara kaumnya. Khazar mengubah Yahudi yang memang
jahat menjadi bertambah jahat lagi.
Kita tentu tidak lupa bagaimana orang-orang Yahudi ini mengkhianati Musa
a.s. yang telah menyelamatkan mereka dari kejaran tentara Firaun, namun
mereka bukannya berterima kasih kepada Musa, melainkan membuang ajaran
Taurat Musa dan menggantinya dengan menyembah Sapi Betina yang
didasarkan pada kitab hitam Talmud. Kita tentu tidak lupa bagaimana
orang-orang Yahudi ini membunuh banyak nabi, bahkan nabi dari kalangan
mereka sendiri.
Dalam hal konsep Zionisme, Yahudi asli memang telah lama memilikinya.
Hanya saja, para Rabbi Yahudi meyakini jika Zionisme atau Gerakan
Kembali ke Bukit Zion hanya akan terjadi ketika Raja Yahudi sudah
kembali datang ke tengah mereka dan memimpin kaum Yahudi untuk bisa ke
sana. Konsep Zionis asli adalah konsep mesianik, bersifat pasif. Namun
oleh Khazar hal ini diubah seratus delapan puluh derajat. Menurut Yahudi
Khazar, gerakan kembali ke Bukit Zionis di Palestina jangan menunggu
sampai datangnya Mesiah, namun orang-orang Yahudi harus merebutnya
sendiri dengan cara apa pun, jika perlu dengan angkat senjata.
Inilah konsep Zionisme yang ada dewasa ini. Bangsa Khazar memang
mempunyai dendam kesumat terhadap orang Kristen karena mereka menganggap
runtuhnya Imperium Khazar disebabkan serbuan Byzantium dan Kristen
Rusia. Berabad kemudian dendam yang sama yang dipelihara oleh Ksatria
Templar terhadap Gereja.
Dengan kecerdikan luar biasa, bermodalkan emas, orang-orang Khazar
menyusup ke berbagai lini kekuasaan Eropa. Mereka inilah yang menjadi
motor bagi gerakan konspirasi Yahudi. Mereka berada di belakang Talmud,
berada di belakang dikorbarkannya Perang Salib, di belakang berbagai
revolusi, di belakang berbagai penguasaan bank sentral, dan sebagainya.
Kaum Yahudi Khazar menyelenggarakan Konferensi Zionis Internasional I di
Basel, Swiss, tahun 1897. Acara itu menobatkan Theodore Hertzl sebagai
Ketua Gerakan Zionis Dunia. Agenda yang disahkan adalah apa yang telah
ditulis Rothschild pada tahun 1773, dan menciptakan Tanah Yerusalem
sebagai Negara Israel Raya. Padahal, saat itu Tanah Yerusalem hanyalah
bagian kecil dari wilayah yang disebut sebagai Bumi Filistin atau
Palestina, yang berada di bawah kekhalifahan Turki Utsmaniyah.
Hertzl tahu itu. Dia mencoba menyuap Sultan Hamid, Khalifah Turki
Utsmani, agar mau menyerahkan Tanah Palestina kepada kaum Zionis. Namun
Sultan Hamid dengan gagah menolaknya. "Selama nafasku masih ada, tidak
akan penah kuberikan sejengkal pun tanah suci itu kepada kalian wahai
Yahudi," tegasnya. Sejarah telah mencatat, gagal dengan cara halus,
akhirnya Zionis Yahudi main kasar. Lewat berbagai konspirasi, Turki
Utsmani pun hancur pada Maret 1924.
Pada tahun 1940-an mereka menciptakan monster bernama Adolf Hitler
dengan gerakan Nazi-nya yang memiliki ideologi yang sebangun dengan
ideologi Zionisme. Monster Hitler dengan Nazi-nya ini bertugas mengusir
banyak-banyak kaum Yahudi dari Eropa, agar mereka mau pindah ke Tanah
Palestina. Perang Dunia I dan II sesungguhnya hanyalah upaya
dekonstruksi peta demografi, terutama di Eropa dan Palestina. Dan
sejarah juga telah mencatat bagaimana akhirnya kaum Zionis Yahudi ini
berhasil mencaplok Tanah Palestina, dengan bantuan Inggris dan
kawan-kawan. Bangsa Palestina yang merupakan pemilik yang sah Tanah
Palestina diusir dan diteror. Penjajahan yang dilakukan Zionis Yahudi
atau Zionis Israel ini terus berlangsung sampai sekarang.
Apa yang dinyatakan dengan istilah "Kemerdekaan Israel" seperti yang
diucapkan Unggun "Samuel" Dahana, Muhammad Nur "Benjamin" Ketang, dan
para kolaborator Zionis lainnya, sesungguhnya adalah hari terusirnya
Bangsa Palestina dari tanah hak miliknya sendiri, hari dimana Bangsa
Palestina dibantai, hari di mana perempuan-perempuan Palestina
diperkosa, hari dimana bayi-bayi Palestina dibunuh dan dibuang begitu
saja ke dalam api yang berkobar-kobar. Kebiadaban inilah yang mereka
rayakan dengan suka cita.
Kristen dan Zionisme
Pernyataan kedua yang dikatakan para kolaborator Zionisme tersebut
adalah klaim jika umat Kristiani mendukung Zionisme Israel secara
terbuka. Benarkah itu?
Adalah menjadi satu pertanyaan besar saat ini, mengapa aras utama umat
Kristiani Dunia di dalam aspirasi politiknya sekarang cenderung satu
suara, satu tujuan, satu sikap, dengan kaum Zionis-Israel seperti yang
diperlihatkan dengan begitu baik dalam acara solidaritas Israel-Amerika
bertajuk Stand With Israel yang digagas tokoh Gedung Putih Zionis-Yahudi
bernama Paul Wolfowitz pada tahun 2002 lalu? Atau mengapa ketika Gereja
Nativity di Betlehem, Palestina, sebuah gereja tersuci dalam agama
Kristen karena diyakini sebagai tempat kelahiran Yesus, dikepung dan
ditembaki tentara Zionis-Israel, umat Kristen dunia diam dan tidak
menunjukkan reaksi apa pun?
Kedekatan Dunia Kristen dengan kaum Zionis kini berasal dari sebuah
infiltrasi dan rekayasa ideologis yang telah dilakukan lama sekali oleh
kaum Yahudi. Sejarah mencatat, betapa dulu, kedua pihak ini—Yahudi dan
Kristen—memiliki sejarah konflik yang sangat keras dan berdarah-darah.
Bahkan Yesus pernah dikejar-kejar penguasa Romawi untuk dibunuh
gara-gara pengkhianatan seorang Yahudi. Beberapa peristiwa di masa silam
seperti Dewan Inkuisisi di Spanyol dan Portugis, juga memperlihatkan
betapa kerasnya Gereja memusuhi kaum Yahudi. Namun dalam sejarah kita
juga menemukan beberapa peristiwa yang aneh yang membuat kita berpikir
bahwa sebenarnya Gereja itu amat dekat dengan kaum Zionis. Mengapa itu
bisa terjadi?
Kedekatan Zionis Yahudi dengan Kekristenan sekarang sesungguhnya hasil
dari suatu penyusupan yang dilakukan kaum Yahudi ke dalam Gereja. Mereka
menguasai Gereja dengan menjadi pendeta dan menghancurkan nilai-nilai
asasi Gereja dari dalam.
Salah satu yang dicatat sejarah adalah apa yang diperbuat Pemimpin
Tertinggi Kaum Yahudi di Istambul. Dalam surat balasannya, 24 Juli 1489,
kepada Rabbi Shamur dan komunitas Yahudi di Perancis yang sedang
ditindas oleh Raja dan Gereja, dia menyatakan agar orang-orang Yahudi
segera memeluk Kristen sebagai kamuflase dan menghancurkan agama itu
dari dalam. Mereka memenuhi Gereja agar bisa menjadi
pemimpin-pemimpinnya dan kemudian menghancurkan nilai-nilai asasi dari
Gereja dan menggantinya dengan nilai-nilai serta keyakinan Kabbalis
mereka sendiri. Tentu saja, semua ini dilakukan dengan penuh
kerahasiaan.
Salah satu hal yang paling mendasar untuk menaklukkan dan menunggangi
Gereja dan umatnya adalah dengan merusak kitab suci umat Kristen itu
sendiri. Untuk tugas ini, kaum Yahudi menyusupkan agennya bernama Paulus
merapat ke Yesus sehingga dikenal sebagai Santo (orang suci) Paulus.
Siapa sebenarnya Paulus?
Agar tidak mendapat kesangsian dari umat Kristen, maka untuk mengetahui
siapa Paulus sesungguhnya hendaknya juga diambil dari sumber mereka
sendiri yakni kitab suci Injil. Hindun al-Mubarak dengan cermat telah
melakukan penelitian dan pengkajian terhadap Kitab Injil dan membuat
Biodata Paulus yang cukup lengkap. Inilah kutipannya tentang Biodata
Paulus:
Nama : Paulus/Saulus (Gal.5: 2; Kis.13: 9)Tempat lahir : Tarsus, Kilikia (Kis.22: 3)Pekerjaan : Tuna Karya (Rm.15: 23)Jabatan
: Mengaku Rasul buat bangsa bukan Yahudi (Rm. 11: 13; Ef. 3: 8; I Tim.
2: 7; Gal. 2: 7), Allah Bapa bagi umat Kristen (I Kor. 4: 15), Pendiri
agama Kristen (Kis. 11: 26; I Kor. 9: 1-2).Disunat : pada hari kedelapan (Flp. 3: 5)Asal : Yahudi dari Tarsus (Kis. 21: 39; Kls. 22: 3)Keturunan : Orang Israel (Rm. 11: 1), Ibrani asli (Flp. 3: 5)Suku bangsa : Benjamin (Flp. 3: 5; Rm. 11: 1)Kewarganegaraan : Romawi (Kis. 22: 25-29).Dididik oleh : Gamalael (Kis. 22: 3)Agama : Yahudi tidak bercacat (Flp. 3: 6; Kis. 24: 14)Status : Tidak beristeri (I Kor. 7: 8)Pendirian : Orang Farisi (Flp. 3: 5)Kegiatan
: Penganiaya pengikut Jalan Tuhan sampai mati, ganas tanpa batas dan
penghujat (Flp. 3: 6; Kls. 8: 1-3; 22: 4-5; 26: 10-11; Gal. 1: 13; I
Tim. 1: 13; I Kor. 15: 8-9; Kis. 9: 1-2).Ciri
khusus : Bersifat bunglon (I Kor. 9: 20-22; Kis. 23: 6), Punya kelainan
(Rm. 7:15-26), Munafik (Kis. 21: 20-26; Flp. 3; 8-9; Gal. 5: 18; Rm. 6:
14; 7: 6; I Kor. 15: 55-56), Memberitakan kebenaran Allah dengan dusta
(Rm. 3: 5-7), bergembira memberitakan Yesus walau dengan kabar palsu
(Fil. 1: 18).Mengalami : Berbicara dengan Tuhan (I Kor.12: 8-9), kemaluan (Paulus) ditinju dan ditendang oleh Yesus (Kis. 9: 5).Akhir
hayat : Mulutnya ditampar atas perintah Imam Besar (Kis. 23: 2),
dijatuhi hukuman pancung oleh penguasa Romawi (Martyrs Mirror).
Itulah Paulus yang mendapat tempat istimewa di dalam kekristenan sekarang ini.
Belum cukup dengan Paulus, karena rupanya tidak semua orang Kristen
mentaati Paulus ketimbang Yesus, maka Yahudi Talmudian memusnahkan semua
Injil yang tidak mendukung kepentingannya. Alatnya adalah Konsili Nicea
325 M yang menghancurkan ratusan Injil yang tidak mengakui konsep
ketuhanan Paulus dan hanya mengakui empat Injil yang semuanya mendukung
Trinitas.
Dr. Muhammad Ataur Rahim yang meneliti sejarah kekristenan dan Yesus
selama 30 tahun menyatakan bahwa pada abad pertama sepeninggal Yesus,
murid-murid Yesus masih tetap mempertahankan ketauhidan secara murni.
"Hal ini dapat dibuktikan dalam naskah The Shepherd (Gembala) karya
Hermas, yang ditulis sekitar tahun 90 Masehi. Menurut Gereja, naskah itu
termasuk kitab kanonik (yang dianggap suci). Di antara isi dari naskah
tersebut berbunyi, 'Pertama, percayalah bahwa Allah itu Esa. Dialah yang
menciptakan dan mengatur segalanya. Dia menciptakan sesuatu dari tidak
ada menjadi ada. Dia meliputi segala sesuatu, tetapi dia tidak diliputi
oleh apa pun...'" Bahkan menurut Theodore Zahn, sebagaimana dikutip EJ.
Goodspeed di dalam Apostolic Fathers, sampai dengan sekitar tahun 250
Masehi, kalimat keimanan umat Kristen masih berbunyi, "Saya percaya
kepada Allah yang Maha Kuasa."
Namun walau demikian, antara tahun 180 sampai dengan 210 Masehi, memang
telah ada upaya-upaya untuk menambahkan kata "Bapa" di depan kata "Yang
Maha Kuasa". Uskup Victor dari Zephysius mengutuk penambahan kata
tersebut dan menganggapnya sebagai pencemaran kemurnian kitab suci.
Salah satu tokoh penentang Gereja Paulus adalah Uskup Diodorus dari
Tarsus. Lucian, seorang pakar Injil merevisi kitab 'Septuaginta', sebuah
Injil berbahasa Yunani, dan memisahkan segala hal yang diyakininya
tidak benar. Setelah bekerja keras, akhirnya Lucian menghasilkan empat
buah Injil yang menurutnya adalah Injil yang benar-benar bersih dan bisa
dipercaya. Namun dalam Konsili Nicea 325 Masehi, keempat Injilnya itu
termasuk ke dalam kelompok Injil yang dimusnahkan.
Walau demikian, Lucian tidak melupakan kaderisasi. Salah satu muridnya
bernama Arius, yang akan menjadi tokoh terkemuka dalam mempertahankan
kemurnian ajaran Yesus Kristus dari serangan Gereja Paulus. Arius
meyakini, umat Kristen seharusnya mengikuti ajaran sebagaimana yang
diajarkan Yesus, bukan Paulus. Yesus diutus Tuhan untuk melengkapi dan
meluruskan kembali Taurat Musa, hanya itu. Guru Arius, Lucian,
dieksekusi mati oleh Gereja Paulus pada tahun 312 Masehi.
Tigabelas tahun kemudian, Konsili Nicea digelar. Kaisar Konstantin
akhirnya mengeluarkan empat buah keputusan resmi. Keputusan itu adalah :
Pertama, menetapkan hari kelahiran Dewa Matahari dalam ajaran pagan, tanggal 25 Desember, sebagai hari kelahiran Yesus.
Kedua, hari Matahari Roma menjadi hari Sabbath bagi umat Kristen, dengan nama Sun-Day, Hari Matahari (Sunday).
Ketiga, mengadopsi lambang silang cahaya yang berbentuk salib menjadi lambang kekristenan, dan
Keempat, mengambil semua ritual ajaran paganisme Roma ke dalam ritual atau upacara-upacara kekristenan.
Selepas Konsili Nicea, antara Athanasius (Kubu Trinitas) masih saja
berhadapan dengan Arius (Kubu Unitarian). Namun dengan adanya kompromi
politik dan juga ancaman dari Konstantin, maka Arius dan pengikutnya pun
dikalahkan. Ketika itu ratusan Injil yang tidak sesuai dengan konsep
Trinitas dimusnahkan. Bahkan Gereja mengancam, siapa pun yang masih
menyimpan Injil yang dilarang maka mereka akan dikenai hukuman mati.
Suatu ancaman yang tidak main-main. Konsili Nicea menjadi 'kemenangan
besar' bagi Gereja Paulus.
Sesungguhnya, Athanasius sendiri sebenarnya juga meragukan konsep
Trinitas. Ia pernah menyatakan, "Tiap berusaha memaksakan diri untuk
memahami dan merenungkan konsep ketuhanan Yesus, saya merasa keberatan
dan sia-sia. Hingga makin banyak menulis untuk mengungkapkan hal itu,
ternyata hal ini tidak mampu dilakukan. Saya sampai pada kata akhir,
Tuhan itu bukanlah tiga oknum melainkan satu. Kepercayaan kepada doktrin
Trinitas itu sebenarnya bukan suatu keyakinan, tetapi hanya disebabkan
oleh kepentingan politik dan penyesuaian keadaan di waktu itu."
Tahun 335 Masehi diadakan lagi Konsili di Tyre (sekarang masuk Lebanon).
Di sini terjadi anti-klimaks. Athanasius dikutuk, dan kemudian
disingkirkan ke Gaul. Arius bahkan diangkat menjadi Uskup
Konstantinopel. Ini kemenangan bagi kaum Unitarian. Dua tahun setelah
Konsili Tyre, Konstantin meninggal. Sepeninggal Konstantin, dua konsili
lagi diselenggarakan: Konsili Antiokia tahun 351 Masehi dan Konsili
Sirmium tahun 359 Masehi. Kedua konsili ini menetapkan bahwa keesaan
Tuhan merupakan dasar kekristenan dan tidak mengakui konsep Trinitas.
Namun di luar, Gereja Paulus sudah berkembang dengan cepat di Eropa
sehingga rakyatnya tidak menghiraukan hasil dua konsili ini.Tahun 387,
Santo Jerome (dalam bahasa latin disebut sebagai Eusebius Hieronymus)
menyelesaikan penulisan ulang Bibel Vulgate, Injil berbahasa latin
pertama dan terlengkap, yang mencakup Perjanjian Lama dan Perjanjian
Baru. Bibel Vulgate inilah yang kemudian dijadikan dasar bagi
penulisan-penulisan Injil lainnya di Barat dan juga Dunia hingga hari
ini. Vatikan pun aktif menghancurkan kembali semua Injil yang bukan
berasal dari Jerome.
Secara diam-diam, kaum Yahudi Talmudian dan tentu saja Yahudi Khazar
mengawal pertumbuhan Gereja, sehingga hanya Gereja Paulus saja yang
berkembang. Namun mereka ini juga bermain di sisi yang berlainan. Saat
Martin Luther dan gerakan protesnya mencuat, ordo ini menungganginya,
juga dengan Calvinisme.
Lahirnya Judeo Christianity
Patut dicatat, kedua gerakan reformasi gereja ini sebenarnya tidak
menyentuh akar kekristenan Gereja Paulus dan tetap menerima konsep
Trinitas sebagai dasar keimanannya. Kaum Yahudi Talmudian percaya jika
penafsiran dan penulisan Injil harus selalu sesuai dengan perkembangan
zaman. Sebab itu, ketika wacana negara Israel terangkat ke permukaan
seperti yang dicetuskan dalam Kongres Zionis Internasional I di Basel
Swiss tahun 1897, hampir secara bersamaan, kaum Yahudi ini pun melakukan
penulisan ulang Injil versi King James yang menjadi Injil utama
negara-negara berbahasa Inggris di dunia. Konspirasi memerintahkan
agennya, Cyrus L. Scofield, melakukan tugas ini.
Cyrus Ingerson Scofield (lahir 19 Agustus 1843) adalah seorang veteran
perang saudara Amerika. Dia sama sekali bukan ahli agama, pastor, atau
pun sarjana. Scofield tak lebih dari seorang petualang yang pintar
berbicara dan mudah meyakinkan orang. Tipikal orang seperti inilah yang
kemudian dirasa cocok oleh kaum Zionis Yahudi untuk menjalankan misinya
mengubah penafsiran umat Kristen terhadap Alkitab, yang mampu membawa
rahasia ini ke dalam liang kuburnya. Latar belakang Scofield sendiri
berasal dari keluarga yang berantakan, punya catatan kejahatan, dan
sering menipu orang.
Pada awal abad ke-20, Scofield mulai memberikan catatan kaki pada Injil
versi King James, Injil yang dipergunakan oleh negara-negara berbahasa
Inggris, termasuk Amerika. Ayat-ayat di dalam Injil tersebut sama sekali
tidak diganti, namun di bawahnya diberi banyak sekali catatan-catatan
kaki yang seluruhnya berisi dukungan dan pembenaran bagi berdirinya
negara Zionis-Israel di tanah Palestina. Catatan kaki itu bahkan lebih
banyak daripada ayat Injil itu sendiri.
The Oxford University membayar Scofield yang disebutnya sebagai pastor
dan menerbitkan Injil tersebut dengan jumlah yang teramat besar. Di
tahun 1908 Scofield merampungkan kerjanya ini dan Injil versi King James
yang telah ditulisi ratusan bahkan ribuan catatan kakinya itu disebut
sebagai The Scofield Reference Bible, The Holy Bible. Oxford University
Press menerbitkan Injil Scofield pada tahun 1909 dan melakukan promosi
gila-gilaan sehingga Injil Scofield menjadi Injil paling laris di
Amerika Serikat dan bahkan di dunia.
Di dalam Injilnya, Scofield sebenarnya meneruskan pandangan John N.
Darby yang secara umum telah diterima oleh evangelikalisme arus utama
dan fundamentalisme Protestan Amerika. Scofield Reference Bible kemudian
menjadi Alkitab kaum fundamentalis Kristen di AS dan dunia.
Seorang murid Scofield yang paling berpengaruh, Lewis Sperry Chafer, di
tahun 1924 mendirikan Dallas Theological Seminary, Sekolah Theologi
Amerika yang begitu bersemangat membela pandangan dispensasionalisme
pra-millenialis Darby dan Injil Scofield, dan yang jelas juga, mereka
membela habis-habisan kepentingan Zionisme.
Para elit Zionis tidak saja memerintahkan Scofield 'menulis ulang'
Injil, tetapi juga menyiapkan infrastrukturnya. Sesaat setelah terbitnya
Injil Scofield, sejumlah gerakan Kristen evangelikal yang sedang tumbuh
di Amerika segera menyambutnya dengan penuh semangat. Bahkan beberapa
di antaranya tercatat sebagai anggota redaksi penulisan Injil Scofield
ini. Injil baru ini pun kemudian menyebar di seantero Amerika dan juga
Eropa, dipakai sebagai pegangan utama di gereja-gereja evangelikal,
seminari, dan juga kelompok-kelompok studi Alkitab yang bertebaran di
seluruh negeri.
Pendeta Billy Graham dan sejumlah pendeta-pendeta radikal yang memang
dipersiapkan oleh elit Zionis Yahudi Internasional dengan penuh semangat
mengkhotbahkan bahwa Injil Scofield merupakan Injil yang paling baik
dari segi penafsiran. Kepada para jemaatnya, mereka menyatakan bahwa
antara Kristen dengan kaum Yahudi itu satu kepentingan dan satu missi.
Bahkan mereka, dengan mengutip ayat-ayat Injil secara serampangan,
menyatakan siapa pun orang Kristen yang tidak mendukung Israel adalah
terkutuk dan menentang kehendak Tuhan.
Dengan promosi besar-besaran dan didukung pabrik propaganda Yahudi
Internasional, dari harian, majalah, bulletin, hingga radio, televisi,
dan internet, serta kelompok-kelompok studi Alkitab yang banyak
didirikan, secara perlahan namun pasti opini yang dikehendaki mereka pun
terbentuk. Banyak sekali orang Amerika yang sekarang menganggap
keberadaan Israel di tanah Palestina adalah sesuatu yang sah, sesuai
dengan takdir Tuhan. Mereka kini mendukung Zionis-Israel tidak sekadar
pertimbangan politik atau ekonomi, tetapi sudah menjadi bagian dari
keyakinan keberagamaan mereka. Konspirasi Yahudi telah sangat berhasil
mengubah opini warga Amerika, yang kemudian diikuti oleh gereja-gereja
evangelikal di Eropa dan seluruh dunia.
Inilah sebabnya sekarang kita bisa dengan mudah melihat, begitu dekatnya
dan setianya umat Kristen mendukung segala kebejatan dan kebiadaban
yang dilakukan Israel, bahkan sekali pun pasukan Zionis itu menembaki
gereja tempat Yesus dilahirkan. Injil Scofield merupakan Injil pijakan
ideologis kelompok Judeo-Christian atau Zionis Kristen di Amerika dan
juga dunia.
Sebagai conoh, beberapa catatan kaki buatan Scofield, yang tidak terdapat dalam Injil sebelumnya, adalah:
"Mereka yang menzalimi orang Yahudi niscaya akan bernasib buruk, (dan)
mereka yang melindunginya akan bernasib baik. Masa depan akan
membuktikan prinsip ini dengan cara yang luar biasa" (Catatan kaki 2,
Genesis 12: 1)
"Tuhan telah berjanji pada suatu janji pemberkatan tanpa syarat kepada
negara Israel untuk mewarisi suatu wilayah tertentu untuk
selama-lamanya" (Catatan kaki 2, Genesis 12:1)
"Bagi suatu bangsa yang melakukan dosa berupa anti-semitisme—kepada
mereka—akan menyebabkan penghukuman yang tidak bisa dielakkan" (Catatan
kaki 3, Genesis 15: 1-7)
Freemasonry di Belakang Judeo Christianity
Awal mula terbentuknya kelompok Judeo-Christian atau Zionis-Kristen di
AS, yang kini mainstream Kristen Amerika, berasal dari jejak Pendeta
John N Darby yang berasal dari Gereja Skotlandia, sebuah denominasi
dalam Gereja Anglikan dan pendiri Plymouth Brethen. Sejarah mengenal
Skotlandia sebagai rumah asal para Freemasonry, setelah Skotlandia di
masa kekuasaan Robert de Bruce menjadi tempat pelarian terbesar bagi
Ksatria Templar yang dikejar-kejar pasukan gabungan Gereja dan Perancis.
Darby merupakan penggagas pertama doktrin dispensasionalisme
pra-millennial. Bersama Pendeta Edward Irving, Darby sangat gencar
mempromosikan dispensasionalisme pra-millennial dalam tahun 1824-1833 di
Inggris dan Skotlandia. Sejak 1862 John N. Darby banyak berkunjung ke
Amerika Utara. Dalam kurun waktu 25 tahun ia telah mengadakan tujuh
perjalanan propaganda ke Amerika. Selama berkeliling di Amerika, Darby
berupaya menanamkan pengaruhnya atas para pemimpin gereja evangelis
Amerika. Yang menjadi pengikut Darby tercatat nama-nama seperti William
E. Blackstone, James H. Brookes, Arno Gaebelein, Dwight L. Moody, dan
Cyrus I. Scofield.
Selain itu, paham Injili Darby juga telah menyuburkan tumbuhnya
sekolah-sekolah Alkitab, konferensi-konferensi tentang penggenapan
"nubuat para nabi", dan kelompok-kelompok kajian Alkitab. Awalnya memang
sebatas di dalam gereja evangelis AS namun kemudian dengan cepat
menyebar menjadi sesuatu yang sangat akrab di dalam aras fundamentalisme
Amerika Serikat, yang marak pada tahun-tahun 1875 hingga 1920.
Darby sendiri sesungguhnya tidak pernah sukses berkarir di tanah
kelahirannya. Namun walau demikian ia berhasil melakukan kunjungan
sebanyak tujuh kali ke Amerika dengan agenda kegiatan dan wilayah yang
dikunjunginya sangat luas. Tentu semuanya itu memerlukan dana yang tidak
sedikit. Hal ini menimbulkan kecurigaan di kalangan pengamat bahwa di
belakang Darby sesungguhnya ada pemodal Zionis-Yahudi yang mendukung
perjalanannya itu. Bukankah perjalanan Darby dalam rangka kepentingan
mereka juga?
William E. Blackstone (1841-1935) tercatat sebagai salah seorang
Zionis-Kristen pertama di Amerika. Blackstone amat gigih selama puluhan
tahun memperjuangkan kepentingan bangsa Yahudi. Dia adalah seorang
penginjil dan juga pekerja dari Gereja Episkopal Methodis, juga pendiri
American Messianic Fellowship International (1887). Blackstone menulis
buku Jesus Is Coming (1887) dan sampai dengan tahun 1927 telah
diterjemahkan ke dalam enam puluh bahasa dunia, termasuk Indonesia.
Di bukunya itu, Blackstone berdalih bahwa orang-orang Yahudi memiliki
hak-hak alkitabiah atas tanah Palestina dan mereka akan segera menempati
kembali tanah itu. Kemunculan gerakan Zionisme merupakan satu isyarat
Alkitabiah bahwa Kristus akan segera datang kembali (Blackstone tidak
menyebut Yesus Kristus, melainkan hanya Kristus, yang dalam keyakinan
Ordo Kabbalah adalah Yohannes Pembaptis).
Lebih dari itu, Blackstone juga menegaskan bahwa orang Kristen harus dan
wajib mempersiapkan serta membuka jalan bagi kedatangan kembali Yahudi
Diaspora untuk menempati Tanah Palestina.
Buku Blackstone ini telah dicetak ulang berkali-kali dan jadi buku yang
paling luas pembacanya di abad ke-20. Kesuksesan Blackstone diikuti oleh
terbitnya buku-buku dan novel-novel sejenis. Dua penulis Kristen
ultra-fundamentalis Amerika yang terkenal adalah Hal Lindsey (The Late
Great Planet Earth, 1970) dan novel teologis Tim LaHaye (Serial Left
Behind, 1995). Keduanya mengalami cetak ulang hingga sekarang telah
beredar puluhan juta kopi di seluruh negara.
Dalam novel-novel Left Behind, Yesus digambarkan bukan sebagai seorang
manusia yang penuh kasih dan mengajarkan damai, tapi digambarkan sebagai
seorang super hero, mirip Rambo, yang gemar membunuh orang dengan dalih
melakukan kehendak Tuhan. Sebuah wajah Yesus yang haus darah, yang akan
segera menghukum tanpa ampun siapa pun yang tidak percaya padanya atau
yang menghalangi kehendaknya.
Jika hal ini kita sejajarkan dengan sikap dan citra Presiden George W
Bush yang haus perang dan darah, maka kita akan menemukan benang merah
yang sangat kuat bahwa Bush sesungguhnya terinspirasi oleh gambaran
Yesus "Rambo" yang ditulis oleh penulis-penulis pendukung paham Darby
dan Scofield. Bagi siapa saja yang menginginkan paparan lebih rinci dan
jelas mengenai Injil Scofield, silakan baca artikel Charles E. Carlson
berjudul "The Zionist-created Scofield 'bible': The Source of the
Problem in the Mid East, Why Judeo-Christians Support War".
Walau Judeo Christianity atau Zionis Kristen telah lama ada di
Washington, dan sejak pemerintahan Ronald Reagan sering menggelar
kebaktian di kantor kepresidenan, namun di masa Presiden George Walker
Bush-lah kelompok ini sungguh-sungguh menunjukkan taringnya. Bush
sendiri pernah mengatakan jika Amerika merupakan "Land of the Christ",
Tanahnya Mesiah.
Dalam pidato, kampanye, dan banyak buku mengenai George W Bush, sosok
presiden AS ini digambarkan sebagai seorang Kristiani yang amat taat.
Dalam situs whitehouse.org ada artikel bertajuk The Presidential Prayer
Squad atau Skuadron Doa Kepresidenan. Mereka adalah George W Bush,
Pastor Deacon Fred, Rev. Jerry Falwell, Jesus (!), Brother Harry
Hardwick, dan Rev. Bob Jones Jr. Di halaman sebelah kanan artikel ada
sejumlah agama dan ideology yang diberi tanda silang. Dari atas ke bawah
adalah: Budhists, Hindus, Shiks, Rastafarians, dan Muslims. Kurang
ajarnya, di bagian Muslim itu ada kotak berisi nama Allah dalam bahasa
Arab yang diberi tanda silang.
Artikel itu mengisahkan, "Presiden Bush selalu memulai harinya jam
sembilan pagi dengan berlutut di atas lantai Oval Office bersama
Skuadron Doa Kepresidenannya untuk berdoa dan menghadap tuannya, The
Lord Jesus. Ada Rev. Pat Robertson, Dr. Jerry Falwell, Rev. Bob Jones
Jr., Pastor Deacon Fred, dan Brother Harry Hardwick..." Presiden Bush
dilukiskan sebagai seorang Kristen yang dilahirkan kembali. Dari pemuda
yang menyukai minuman keras dan ugal-ugalan menjadi seorang pengikut
Yesus yang taat.
Di Masa pemerintahan Bush inilah, kali pertama pidato kenegaraan ditutup
dengan doa bersama, hal ini menyiratkan kedekatan antara negara dengan
agama, sesuatu yang belum pernah terjadi sejak Amerika Serikat berdiri.
Seharusnya, 'kesalehan' seorang Bush dan pejabat puncak pemerintahan
Amerika dengan agama Kristen-nya, mampu menjadikan bumi ini lebih damai,
adil, dan indah. Tapi ironisnya, hal yang terjadi adalah sebaliknya.
Tidak seperti presiden-presiden Amerika lainnya yang masih memiliki
sedikit pertimbangan dan mengedepankan strategi diplomatik, Bush dan
lingkaran elitnya malah mengedepankan pemerintahan gaya koboi, tembak
duluan, urusan benar atau salah nanti belakangan. Dan gilanya, hal ini
mendapat pembenaran atas nama agama yang esensinya selalu mengklaim
sebagai agama cinta kasih.
Bagaimana semua ini bisa terjadi? Adakah semua ini bisa ditemukan
jawabannya dari apa yang disebut Judeo-Christian atau dalam bahasa yang
lebih lugas: Zionis Kristen?
Judeo Christian Lahir Dari Rahim Zionisme
Definisi baku Judeo Christian atau Zionis Kristen mungkin tidak akan
bisa kita temukan. Tapi secara hakikat, istilah ini mengacu pada
keyakinan dan sikap keagamaan umat Kristen Amerika (dan juga Kristen
Eropa serta sebagian besar dunia) yang memandang bahwa Zionisme
merupakan hal yang harus didukung secara penuh, tanpa syarat, walau kaum
Zionis-Israel membunuhi dan membantai anak-anak tak berdosa.
Sebaliknya, mereka akan merasa berdosa apabila tidak mendukung atau
mengecam Zionis-Israel, seakan berdosa kepada Tuhannya.
Ayat-ayat Injil yang sering dijadikan dalil utama bagi kelompok ini
adalah Perjanjian Tuhan kepada Abraham. Abraham atau Ibrahim merupakan
bapak dari Ismail yang kemudian menjadi generasi Nabi Muhammad SAW dan
Ishaq yang menurunkan bangsa Yahudi. Bunyi perjanjian itu yang dimuat
dalam kitab Genesis (Kejadian) Injil Perjanjian Lama King James version
adalah:
"Dan aku akan menjadikan engkau suatu bangsa besar, dan Aku akan
memberkati engkau, dan menjadikan nama engkau besar; dan terberkatilah
engkau' (Gen 12:2)
"Dan Aku akan memberkati mereka yang memberkati engkau, dan mengutuk
mereka yang mengutuk engkau; dan di dalam diri engkaulah semua keluarga
dari dunia akan diberkati" (Gen 12: 3).
Inilah ayat-ayat yang dijadikan dalil utama kelompok Zionis-Kristen di
dalam sikapnya membela Israel tanpa syarat. Padahal di dalam sejarah
penulisan Injil, kita sudah mengetahui bahwa kaum Yahudi telah merusak
kesucian Injil yang diturunkan Allah Swt kepada Nabi Isa a.s.
Sayang sekali, orang-orang Kristen tidak mengetahui atau mungkin tidak
mau tahu tentang Talmud. Kitab iblis yang disucikan Zionis Yahudi ini.
Padahal, jika saja mereka mau meluangkan waktu sedikit saja untuk
membuka lembar demi lembar kitab iblis itu dan mencari ayat-ayat
bagaimana sebenarnya sikap kaum Zionis-Yahudi terhadap Yesus dan
kekristenan, maka pasti orang-orang Kristen akan berbalik arah dan
memusuhi kaum Zionis-Yahudi. Lihatlah apa kata Talmud terhadap Yesus:
"Pada malam kematiannya, Yesus digantung dan empatpuluh hari sebelumnya
diumumkan bahwa Yesus akan dirajam (dilempari batu) hingga mati karena
ia telah melakukan sihir dan telah membujuk orang untuk melakukan
kemusyrikan (pemujaan terhadap berhala)... Dia adalah seorang pemikat,
dan oleh karena itu janganlah kalian mengasihaninya atau pun memaafkan
kelakuannya" (Sanhedrin 43a)
"Yesus ada di dalam neraka, direbus dalam kotoran (tinja) panas" (Gittin 57a)
"Ummat Kristiani (yang disebut 'minnim') dan siapa pun yang menolak
Talmud akan dimasukkan ke dalam neraka dan akan dihukum di sana bersama
seluruh keturunannya" (Rosh Hashanah 17a).
"Barangsiapa yang membaca Perjanjian Baru tidak akan mendapatkan bagian
'hari kemudian' (akhirat), dan Yahudi harus menghancurkan kitab suci
umat Kristiani yaitu Perjanjian Baru " (Shabbath 116a)
Inilah ungkapan hati Talmud yang sesungguhnya tentang Yesus dan umat
Kristen. Siapa pun yang mengaku sebagai seorang Kristen, setelah
mengetahui ayat-ayat pelecehan dari Talmud kepada Yesus dan agamanya,
tetapi masih saja mendukung Zionis-Yahudi, masih saja membantu Israel,
maka ia sebenarnya telah ikut-ikutan melecehkan agamanya sendiri. Jika
tidak percaya, silakan ambil Talmud dan baca sendiri.
Jews Singapore Connection
Yang ketiga, Unggun 'Samuel' Dahana dan para kolaborator Zionis lainnya
menyatakan kepada wartawan jika acara yang digagaskan juga akan
menghadirkan orang-orang Yahudi dari luar Indonesia, terutama Singapura,
dan juga diliput oleh jurnalis Israel. Walau akhirnya kita ketahui hal
ini tidak terjadi, namun apa yang telah keluar dari mulut mereka harus
kita perhatikan dan kritisi.
Sudah menjadi pengetahuan umum jika Singapura memang merupakan basis
Yahudi di Asia Tenggara, bahkan Asia Pasifik. Buku "Singapura Basis
Israel di Asia Tengara" (Rizki Ridyasmara, 2005) telah cukup memaparkan
bagaimana Zionis Israel turut serta membangun negeri mini tersebut namun
memiliki pengaruh dan kekuatan militer kawasan yang maksi. Semua lobi
Zionis Israel di kawasan Asia Tenggara dan Pasifik selalu saja
dikendalikan dari Singapura. Sangat mungkin termasuk mengendalikan para
kolaborator Zionis di Indonesia.
Bukan rahasia umum lagi jika Singapura merupakan surga persembunyian
para maling uang rakyat Indonesia. Orang menyebut mereka dengan istilah
'koruptor', namun saya lebih suka menggunakan istilah 'Maling uang
rakyat'.
Sekarang ini, media nasional tengah gencar membahas dua pelarian dari
Indonesia di Singapura. Pertama, Nunun Nurbaeti. Nunun adalah isteri
anggota DPR dari Fraksi PKS Jend. (Pol) Adang Daradjatun, yang telah
ditetapkan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai tersangka kasus
suap cek pelawat terkait proses pemilihan Miranda Goeltom sebagai
Gubernur Bank Indonesia. Nunun yang mengaku sakit ingatan sejak lama
sudah bersembunyi di Singapura.
Yang kedua, Nazaruddin, Bendahara Partai Demokrat yang tersandung kasus
suap Wisma Atlet, juga kabur ke Singapura sebelum imigrasi mengeluarkan
pencekalan.
Ikhwal Singapura sebagai surganya para maling Indonesia mulai mencuat
bersamaan dengan badai krisis moneter di Indonesia pada tahun 1997-1998.
Sebuah tabloid bisnis Indonesia menurunkan sebuah artikel menarik yang
mendeskrisikan bagaimana enaknya kehidupan para konglomerat maling yang
bersembunyi di Singapura, hidup dengan uang rakyat Indonesia yang telah
dimalingnya, inilah petikannya:
Sudah menjadi pengetahuan umum, untuk memakmurkan negaranya yang tidak
memiliki kekayaan alam, Singapura amat agresif menarik orang-orang yang
dipandang memiliki kelebihan—terutama asset kekayaan dari bisnis—untuk
menjadi waga negaranya. Di Jakarta, sebagian professional perbankan dan
financial yang berusia di bawah 50 tahun, khususnya mereka yang berdarah
keturunan Cina atau India, selalu disambangi staf kedutaan Singapura
guna direkrut menjadi warga negaranya.
Selain itu, Singapura secara terang-terangan juga menawarkan kemudahan
bagi para pelaku bisnis untuk mendapatkan status permanent residence.
Syaratnya, para pelaku bisnis harus membayar Sing$1,5 juta (sekitar 8
miliar rupiah) dalam Deposit Scheme Foreign Entrepreneur atau menanam
uangnya pad abiding bisnis yang disetujui Economic Development Board.
Singapura juga memberi kekhususan bagi para nasabah dari Indonesia dan
Thailand dan menjamin keamanan uang mereka di negeri kecil tersebut.
Tidak adanya perjanjian ekstradisi antara Singapura dan Indonesia
(Singapura selalu menolak menandatangai perjanjian), menjadikan para
koruptor dan konglomerat hitam Indonesia bisa hidup dengan tenang. Sebab
itulah, mereka banyak menimbun hartanya di sini. Di Indonesia mereka
dihujat, di Singapura mereka hidup tenang dan bermewah-mewah. Salah satu
contoh yang paling kasat mata bisa dilihat dari kepemilikan sektor
properti. Dari data yang ada, nyaris 99% konglomerat hitam punya
properti di Singapura.
Distrik 10 dan 15 adalah distrik terpopuler di Singapura sebagai kawasan
kaum berpunya asal Indonesia. Jelas, kawasan ini bukan tempat
sembarangan. Distrik 10 adalah distrik paling elit di Singapura yang
meliputi daerah Orchard Road, Holland Road, dan Bukit Timah Area.
Sementara itu, Distrik 15 yang berada di timur biasa dikenal sebagai
East Coast Area, meliputi daerah Katong dan Meyer Road.
Di Bukit Timah Area, Martina Sudwikatmono, anak dari konglomerat
Sudwikatmono memiliki properti mewah. Pentolan Grup SInar Mas, Eka
Tjipta Wijaya, yang memiliki utang segunung di Indonesia, tinggal di
daerah Meyer Road, khususnya di Coastarahu. Mereka memiliki enam tower
yang masing-masing terdiri dari 8 hingga 24 lantai. Padahal, harga
properti di daerah ini bisa mencapai 44 juta rupiah permeter perseginya!
Bisa dibayangkan, berapa banyak uang yang dibenamkan Grup Sinar Mas
untuk enam towernya itu.
Selain Sinar Mas, ada Syamsul Nursalim di sini. Melalui Tuanshing,
perusahaannya di Singapura, pemilik BDNI, Gajah Tunggal Grup, dan
Dipasena ini menguasai banyak property di Distrik 10. Lalu keluarga
Gondokusumo, yang memusingkan pemerintah RI dengan asset-aset palsunya,
juga punya banyak properti mewah di daerah Bukit Timah dan Distrik 15.
Ada pula Boyke Gozali dari Grup Ometraco, yang perusahaan holdingnya di
Indonesia dalam proses likuidasi, punya apartemen mewah di Steven Road.
Juga keluarga Ongko (pemilik Bank Umum Nasional, BUN), Sudjiono Timan
(mantan Dirut Bahana yang memiliki tunggakan perkara di Kejaksaan),
Samadikun Hartono (Grup Modern tersangka BLBI), mereka semua punya
properti mewah di Singapura.
Gambaran di atas sebenarnya baru sebagian kecil. Ada banyak konglomerat
hitam dan maling lainnya asal Indonesia yang berfoya-foya dengan uang
rakyat Indonesia, sedang rakyat Indonesia sendiri kini hidup tambah
melarat dan kian sekarat.
Sejumlah nama konglomerat hitam yang kabur dan ngumpet di Singapura antara lain adalah :
· Sjamsul Nursalim, kasus BLBI Bank BDNI, merugikan negara Rp 6,9 triliun plus 96,7 juta dolar AS.
· Bambang Sutrisno, kasus BLBI Bank Surya, merugikan negara Rp 1,5 triliun.
· Andrian Kiki Ariawan, kasus BLBI Bank Surya, merugikan negara Rp 1,5 triliun.
· Eko Adi Putranto, kasus BLBI Bank BHS, merugikan negara Rp 2,659
triliun, belum jelas keberadaannya namun diduga kuat ada di Singapura.
· Sherny Konjongiang, kasus BLBI Bank BHS, merugikan negara Rp 2,659
triliun, belum jelas keberadaannya namun diduga kuat ada di Singapura.
· David Nusa Wijaya, kasus BLBI Bank Servitia, merugikan negara Rp 1,29
trilun, belum jelas keberadaannya namun di duga kuat ada di Singapura.
· Agus Anwar, kasus BLBI Bank Pelita, merugikan negara Rp 1.989.832.000.000 plus Rp 700 miliar
· Sujiono Timan BLBI BPUI 126 juta dolar AS Belum jelas keberadaannya
Nama-nama di atas sebenarnya hanya sebagian kecil dari jajaran
konglomerat hitam yang bersembunyi di Singapura. Besarnya dana yang
dibawa kabur ke negeri Singa itu juga menjadi perbincangan hangat di
Indonesia. Data tahun 2010 menyebutkan sekurangnya ada US$ 87 miliar
atau setara dengan Rp. 738 triliun jumlah investasi para maling uang
rakyat ini di Singapura. Sebagai perbandingan saja, utang Indonesia
sejumlah Rp.1.627 triliun yang berarti lebih kurang setengahnya.
Dan ironisnya, saat krisis itu, Lee Kuan Yew malah membentuk Asian
Currency Unit (ACU) sebagai wadah tempat menabung warga keturunan Cina
di Singapura, termasuk para maling uang rakyat Indonesia.
Christianto Wibisono, pengamat ekonomi yang sejak Soeharto lengser lebih
banyak tinggal di AS, menyatakan bahwa ACU ini sengaja diciptakan Lee
Kuan Yeuw untuk menampung uang rakyat Indonesia yang dibawa kabur
maling-maling tersebut. Pada Maret 1998, jumlahnya telah mencapai US$513
miliar.
Yang tak kalah seru adalah data yang dinyatakan oleh H.N. Nazar Haroen,
Ketua Forum Pengusaha Reformasi. Ia memperkirakan, 110.000 warga
keturunan Cina telah melarikan diri ke luar negeri akibat kerusuhan Mei
1998. Kalau saja setiap orang membawa uang rata-rata US$1 juta, maka
uang yang dibawa kabur dari negeri ini mencapai US$110 miliar. Itu belum
termasuk dana milik 53 konglomerat Indonesia yang memang sudah diparkir
di perbankan luar negeri, yang jumlahnya sekitar US$160 miliar.
Menggunakan angka Iman Taufik saja, berarti dana yang dibawa kabur dari
Indonesia ini hampir dua kali lipat dari total bantuan IMF (Dana Moneter
Internasional) yang dijanjikan kepada Indonesia. Bahkan kalau dikurs
dengan Rp 7.000, nilainya dua kali lipat dari APBN 1999. Inilah yang
kemudian mengundang kecaman dari pengamat dan politikus dan menganggap
warga keturunan tidak nasionalis dan mau enaknya sendiri.
Pada medio 1996, setahun sebelum krisis dimulai, terjadi pemindahan dana
secara besar-besaran dengan nominal lebih dari US$100 miliar "milik"
swasta dari bank-bank di Indonesia ke bank-bank di Singapura. Dengan
demikian, patut dicurigai bahwa sebenarnya para konglomerat Chinese
Overseas itu sebenarnya sudah tahu—atau malahan bersekongkol—bahwa
pialang Yahudi George Soros akan memborong dollar AS secara
besar-besaran di tahun 1997 dari seluruh pasar mata uang Asia.
Juga diketahui jika Liem Sioe Liong, kroni Soeharto, sebelum krisis
dikabarkan sudah mengoper saham-saham Bogasari dan Indofood ke PT QAF,
yang juga dimiliki Liem Sioe Liong. Tapi karena PT QAF berpusat di
Singapura dan berbasis pada dolar, maka PT QAF terbebas dari krisis
moneter yang melanda Indonesia. Ini menjadi indikasi jika Liem sudah
tahu bahwa krisis akan terjadi, lalu ia memindahkan kekayaannya ke
Singapura.
Perdana Menteri pertama Singapura, hasil Pemilu 1955, bernama David Saul
Marshall. Dialah pemimpin Partai Buruh yang juga berasal dari keluarga
Yahudi Ortodoks Iraq. Kemenangan Marshall tentunya tak lepas dari lobi
Yahudi di negeri mini ini.
Selain Marshall, Perdana Menteri yang sangat berpengaruh sehingga
dijuluki sebagai 'Bapak Singapura' adalah Lee Kuan Yew. Lee sejak lama
diketahui telah tertarik dengan Zionis-Israel dan menganggap Singapura
memiliki banyak kemiripan dengan Israel.
Secara geopolitik, Singapura dan Israel sama-sama kecil dan sama-sama
"dikepung" oleh negara-negara besar yang memiliki perbedaan mencolok.
Jika Zionis-Israel dikepung oleh bangsa-bangsa Arab yang selalu
memusuhinya, maka Singapura yang mayoritas Cina pun selalu merasa
dikepung oleh bangsa-bangsa Melayu. Kebetulan, bangsa Melayu identik
dengan Islam, sama seperti Arab. Jadi baik Israel maupun Singapura
sama-sama merasa dikepung oleh bangsa-bangsa yang berideologi Islam.
Bukan itu saja, secara pribadi Lee juga sangat terkesan dengan sistem
pertahanan dan intelijen Israel yang mampu tetap eksis bahkan menjadi
negara kecil yang "super power" di tengah bangsa-bangsa besar yang
menjadi musuhnya. Kecil-kecil cabe rawit, demikian pikir Lee terhadap
Israel, dan Singapura harus menjadi seperti Israel di Asia Tenggara.
Pemikiran ini sudah dimiliki Lee sebelum Singapura merdeka dari Malaya.
Bahkan di tahun 1962, Lee telah menjalin kontak yang erat dengan Duta
Besar Israel untuk Bangkok, Mordechai Kidron, guna membangun angkatan
bersenjata Singapura. Goh Keng Swee, pada waktu Lee Kuan Yew berkuasa
dipercaya merangkap jabatan Menteri Keuangan sekaligus Menteri
Pertahanan Singapura, menjadi penghubung antara Lee dengan Kidron.
Atas restu Lee, Goh sering terbang ke Bangkok menemui Mordechai Kidron.
Mordechai Kidron menerima Goh dan menyanggupi rencana Singapura untuk
menjadikan Israel sebagai "arsitek" sistem pertahanan militer dan
jaringan intelijen Singapura. Tak sampai beberapa hari, Kidron segera
ganti terbang ke Singapura menemui Lee Kuan Yew. "Sejak saat itu, Kidron
mendatangiku beberapa kali antara tahun 1962 hingga 1963 khususnya
untuk membahas pembukaan kedutaan besar Israel di Singapura," ujar Lee
(seperti dikutip dalam Lee Kuan Yew: From Third World to First,
Singapore, 1963-2000: Building an army from scratch).
Di bawah kepemimpinan Lee, Singapura tumbuh menjadi satu negara kecil
yang besar dan kuat. Kecil dipandang dari sudut luas geografis, namun
besar dan kuat dalam pengaruhnya atas politik regional maupun
perdagangan internasional. Tanggal 21 September 1965, Singapura diakui
dan tercatat sebagai anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Angkatan Bersenjata Singapura Lahir Dari Rahim Zionis Israel
Harian Ha'aretz terbitan Israel edisi 15 Juli 2004 memaparkan kesaksian
sejumlah mantan perwira senior tentara Zionis-Israel tentang hubungan
antara negara Zionis ini dengan Singapura. Ha'aretz dengan penuh
kebanggaan menceritakan bahwa Israel adalah negara yang membangun dan
mencetak sistem pertahanan, intelijen, dan komando tentara Singapura
dari awal hingga sekarang.
Dalam sidang parlemen Singapura tahun 1999 dilaporkan data bahwa negeri
liliput ini telah menghabiskan 7,27 milyar dolar dalam setahun untuk
membangun dan memutakhirkan sistem pertahanannya. Ini berarti sekitar
25% dari anggaran belanja negara itu diperuntukkan bagi anggaran
militer.
Sebuah laporan dari Asian Defense Journal (2000) menyebutkan bahwa
Singapura memiliki sedikitnya sepuluh jet tempur F-16D, empat pesawat
jet tempur F-16B, delapan F-5T fighters, dan tigapuluh enam buah F-5C
fighters, yang seluruhnya diperlengkapi dengan sistem persenjataan dan
suku cadang yang komplit. Beberapa sumber lain bahkan menyebutkan jika
Singapura telah memiliki seratusan pesawat jet tempur lengkap dengan
sistem persenjataannya, sederetan Rudal rapier lengkap dengan radar
otomatik, empat kapal selam canggih bikinan Swedia, dan aneka peralatan
tempur modern lainnya.
Menteri Pertahanan Goh Keng Swee bisa dianggap sebagai salah satu orang
Singapura pertama yang meletakkan ide menggunakan jasa Zionis-Israel
sebagai arsitek pembangun cetak biru sistem pertahanan dan keamanan
Singapura. "Yang bisa membantu Singapura hanyalah Israel. Sebuah negara
kecil yang dikepung oleh negara-negara Muslim tapi mempunyai basis
militer yang kuat. Hanya Israel yang mampu membangun militer yang
dinamis di sini," papar Goh Keng Swee.
Setelah itu pemerintah Singapura diam-diam menjalin kontak dengan
Israel. Permintaan Singapura disambut hangat negeri zionis tersebut.
Berbagai persiapan pun digalang kedua belah pihak dengan amat intensif.
Sebuah tim rahasia dengan sandi "Mexicans" pimpinan Kolonel Yaakov
Elazari dari Israeli Sayeret (Israel Defence Force, IDF) dibentuk dan
diperintahkan untuk segera ke Singapura. Tim ini mempunyai satu misi
penting: membangun cetak biru sistem pertahanan keamanan dalam skala
nasional. Salah satu hal yang pertama akan dilakukan tim ini adalah
menciptakan komandan-komandan lapangan yang tangguh bagi tentara
nasional Singapura.
Dari Bandara Ben Gurion, Israel, "Mexicans Team" yang diperlengkapi
dengan paspor sekali pakai dengan identitas palsu ini berangkat ke
Singapura. Mereka bersama keluarga tidak langsung ke negeri kecil itu,
tetapi berpindah pesawat beberapa kali di berbagai negara Eropa, transit
satu-dua hari, baru ke Singapura. Ini merupakan prosedur standar
intelijen untuk menghindari penciuman dinas rahasia negara musuh atau
pihak-pihak yang tidak berkepentingan.
Sehari sebelum Natal tiba, 24 Desember 1965, enam orang perwira IDF
lengkap dengan seluruh anggota keluarga mereka telah mendarat di Bandara
Internasional Changi. Bagai turis dari Eropa yang ingin berlibur dengan
keluarganya, rombongan itu dijemput sebuah bus travel da menghilang di
tengah keramaian lalu lintas negara kota tersebut Kolonel Yaakov Elazari
dan Yehuda Golan termasuk di antaranya.
Setibanya di Singapura, mereka segera menempati sebuah gedung yang
dijadikan rumah tinggal. Tugas keenam perwira Israel ini adalah merekrut
dan melatih para calon tentara Singapura. Latihan yang diberikan pada
calon taruna tentara Singapura pun amat berat dan dengan disiplin amat
tinggi. Para taruna wajib bangun sebelum pukul 5.30 dan langsung latihan
hingga pukul 13.00.
Pernah ada satu kasus di mana para taruna mengajukan protes kepada
Kolonel Yehuda Golan atas kerasnya latihan yang mereka terima. "Kolonel
Golan, orang-orang Arab tidak sedang menduduki kepala kami. Apakah perlu
latihan segila ini?" protes salah satu taruna yang menjadi juru bicara
teman-temannya.
Yehuda Golan segera menyampaikan protes itu pada Elazari. Lantas oleh
Elazari diteruskan kepada Menteri Pertahanan Singapura, Goh Keng Swee.
Keesokan harinya, Goh Keng Swee melakukan kunjungan mendadak di base
camp. Pagi-pagi sekali, para taruna itu dibariskan di lapangan apel
bendera. Di depan para taruna, dengan nada tinggi sang menteri mengancam
mereka, "Lakukan semua yang diperintahkan Kolonel Golan. Jika tidak,
kalian akan melakukannya dua kali lebih keras! Ini bukan ancaman tapi
janji saya kepada kalian!"
Setelah diancam demikian, para taruna tersebut terdiam. Rasa
nasionalismenya kembali membubung tinggi saat para instrukturnya yang
dari Israel selalu mengingatkan bahwa setiap saat Singapura selalu dalam
keadaan bahaya karena memiliki negara tetangga yang merupakan
negara-negara Muslim yang besar. Dan hasilnya sungguh menakjubkan.
Kurang dari setahun Israel bisa mencetak ratusan komandan dalam pasukan
Singapura.
Di kemudian hari terbukti, kerja The Mexicans Team sungguh luar biasa.
Setelah sukses menuntaskan misi di Singapura, Yaakov Elazari naik
pangkat menjadi Brigadir Jenderal. Setelah pensiun dari dinas Israeli
Sayeret, Elazari tetap dipertahankan menjadi konsultan ahli angkatan
bersenjata Singapura, bolak-balik Israel-Singapura.
Yaakov Elazari dan Yehuda Golan bisa disebut sebagai "Bapak Tentara
Singapura" sebenarnya. Beberapa buku pedoman kemiliteran Singapura
disusun keduanya. Ada "Buku Coklat" (Brown Book) yang mengulas panjang
lebar namun sistematis tentang doktrin pertempuran, ada pula "Buku Biru"
(Blue Book) yang berisi aturan dan peran Menteri Pertahanan dan dinas
intelijen. Kolonel Yehuda Golan pernah mengakui jika dirinya memegang
peranan utama dalam penyusunan konsep tentang pasukan infanteri.
*
Sejarah telah mencatat jika Singapura memang sangat akrab dengan
Zionis-Israel dalam banyak hal. Sebab itu, tidaklah mengherankan jika
para kolaborator Zionis-Israel yang ada di Indonesia sangat akrab dengan
negeri mini tersebut.
Rencana perayaan peringatan HUT Zionis-Israel yang dilontarkan Unggun
'Samuel' Dahana pada hari Sabtu, 14 Mei 2011, memang batal. Namun Nur
Muhammad 'Benjamin' Ketang bersama sejumlah koleganya 'berhasil'
merayakan di sebuah kamar hotel di daerah Puncak, Jawa Barat. Anehnya,
polisi sampai hari ini tidak berbuat apa-apa terhadap kolaborator Zionis
ini yang jelas-jelas menistai Konstitusi Negara Indonesia.
Hal ini diyakini merupakan semacam test the water, uji coba, untuk
melihat reaksi masyarakat negeri ini terhadap Zionis-Israel. Hal ini
tidak akan dilakukan sekali ini saja, namun tak mustahil di masa depan
juga akan timbul uji coba-uji coba baru. Dan bagaimana nantinya, sikap
umat Muslim Indonesialah yang akan menjadi ukurannya. [Tamat/rz]